Kamis, Oktober 20, 2011

Timbang Menimbang Diet Vegetarian


A: "Elo Vegetarian? Wah, kambing donk, makan kangkung bayam doank, hahaha"
B: ""
Kata “vegetarian” kebanyakan ditafsirkan salah di kalangan masyarakat. Banyak yang mengira vegetarian artinya “pemakan rumput dan sayur”, tanpa telur, tanpa susu. Padahal ga juga loh, banyak yang akan buat Anda tercengang


untuk kelanjutannya, silahkan cek TKP

Bisa dibilang artikelnya bakal buat agan merasa "Gua baru tau ada yang ginian"

Rabu, Oktober 05, 2011

Kerusakan Lingkungan oleh Freeport dan GreenPeace Tutup Mata


Kerusakan lingkungan oleh Freeport dan GreenPeace tutup Mata

Begitu banyak efek samping yang kejam dari penambangan Freeport, selain hasilnya yang 99% untuk Amerika dan sedikit icip-icip untuk segelintir pejabat korup antek mereka, sedangkan untuk bumi pertiwi ini cuma kebagian 1%.

Lalu dimana antek para nekolim yang dengan bangga menamakan diri aktifis GreenPeace? Kalau masih mengatakan tak ada bukti karena pandainya menjilat pada majikan mereka, mari kita angkat sedikit apa yang telah ditulis di New York Times.

Kita kesampingkan dulu soal genosida oleh Freeport dan mahadosa lainnya, mari kita bahas Kerusakan Lingkungan yang menjadi jagon para nekolim GreenPeace ini dalam mengganyang perusahaan pribumi.

Tambang freeport telah menghancurkan Gunung Jaya Wijaya setinggi 4.884 meter,
yang sebenarnya merupakan tempat sakral bagi penduduk setempat. Pernahkan terlintas dalam batin dan perasaan Anda melihat tempat sakral Anda diluluhlantakkan keserakahan segelintir orang dan Anda tak berdaya? Dan proses meluluhlantakkan itu terus berlangsung sampai hari ini. Ternyata kita belum benar-benar merdeka.

Setiap hari ratusan ribu ton batu ditambang dari sebuah lubang sedalam hampir 1
kilometer di gunung ini. Batu tambang ini kemudian melalui proses pengilingan yang menggunakan 3,5 miliar liter air perbulannya.

Sisa pemrosesan ini kemudian menjadi sampah yang diperkirakan tingginya mencapai 700.000 ton perhari,ck ck ck. Tidak hanya itu, setelah emasnya diambil dan diangkut ke Amerika, sampah-sampah ini seenaknya dibuang ke Danau Wanagon dan Sungai Ajkwa.

Sejak dimulai, tambang ini telah menghasilkan 1 milyar ton limbah.

Diperkirakan limbah yang menumpuk di dataran tinggi sekitar tambang ketinggiannya melebihi 300 meter. Limbah yang mengalir ke bawah sistem sungai menjadi dataran rendah telah meninggalkan jejak kehancuran. Sebuah catatan rahasia pemerintah Indonesia yang diperoleh oleh New York Times tahun lalu memperkirakan sampah-sampah ini telah membunuh semua kehidupan dalam sistem sungai, alamak.

Manajemen penambangan freeport telah memperingatkan masyarakat setempat untuk tak minum air atau makan tanaman tumbuh di dekat sungai, namun mereka tak mampu menjelaskan alasan pelarangan itu. Selain fakta lapangan limbah telah membunuh sejumlah besar vegetasi yang tumbuh di samping anak sungai Ajikwa, meninggalkan menumpuk menjadi dataran kecil.

Pada tahun 2002 dalam tesisnya: Masyarakat Adat dan Isu Lingkungan: An Encyclopedia,
Bruce Johansen, profesor mata kuliah Penduduk Asli Amerika di Universitas
Nebraska, mengutip penyataan seorang pengamat yang menggambarkan kondisi penambangan Freeport di Indonesia, “Pohon-pohonMati atau sekarat bertebaran dimana-mana, cabang pohon yang patah menonjol dari saluran lumpur abu-abu … Vegetasi sedang dicekik oleh tumpukan lumpur yang tingginya mencapai beberapa meter. “

Akumulasi limbah penggilingan juga telah menumpuk dalam dataran rendah seluas 233
kilometer persegi serta menghancurkan sedikitnya 130 kilometer persegi hutan hujan.
Diperkirakan saat kontrak tambang Freeport habis di 2040, akan dihasilkan 6 miliar ton limbah beracun sisa pemrosesan Freeport yang sangat berbahaya untuk ekosistim.

Begitu maha hebatnya pengrusakan lingkungan dari tambang Freeport sampai-sampai pada tahun 1995 Overseas Private Investment Corporation, yang menangani perusahaan-perusahaan AS terhadap risiko politik, mencabut Freeport dari list mereka. Tidak pernah ada dalam sejarah mereka melakukan hal ini kecuali terhadap freeport.

Bagaimana sikap aktivis antek nekolin Green Peace terhadap hal ini? Mereka benar2 buta tuli atau buta dan tuli benaran? Masihkah kalian mencintai Indonesia? Dibayar siapa kalian untuk merusak citra perusaan pribumi, sementara si Maha Pengrusak Segala Freeport di depan mata yang jelas2 milik asing tak berani kalian otak-atik? Pejuang lingkungan model apa kalian?

Saya hanya bisa menyenandungkan sebuah syair lagu:

Kulihat Ibu Pertiwi, sedang bersusah hati….

SADARLaH!!!


sumber: http://lndonesiahijau.wordpress.com/2010/10/07/3/

Selasa, Februari 22, 2011

Narasumber PLH SMAN Subang

Lingkungan Hidup adalah istilah yang dapat mencakup segala makhluk hidup dan tak hidup di alam yang ada di Bumi atau bagian dari Bumi, yang berfungsi secara alami tanpa campur tangan manusia yang berlebihan.

Bila manusia menginginkan lingkungan stabil berarti manusia harus bisa menata kembali tatanannya dengan cara mendidik manusia-manusianya agar dapat mengelola lingkungannya. Lingkungan akan menjadi bumerang bila kita tidak bisa mengelolanya dengan baik, akan mengancam keselamatan kita sebagai manusia dan makhluk bumi.

Lingkungan dan kependudukan bisa selaras apabila satu sama lain bisa seimbang. Dalam penerapan yang ada, pelaku utamanya adalah manusia selaku penduduk, yang difokuskan kepada pengelolaan lingkungan melalui pendekatan pendidikan lingkungan mulai dari tingkat SD hingga perguruan tinggi dan kepada masyarakat.

Ini sudah dimulai sejak tahun 1986, pendidikan lingkungan hidup dan kependudukan dimasukkan ke dalam pendidikan formal dengan dibentuknya mata pelajaran Pendidikan Kependudukan danLingkungan Hidup (PKLH). Departemen Pendidikan dan Budaya pun merasa perlu untuk mulai mengintegrasikan PKLH ke dalam semua mata pelajaran.

Lalu terbit Memorandum Bersama antara Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dengan Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 0142/U/1996 dan No Kep: 89/MENLH/5/1996 tentang Pembinaan dan Pengembangan Pendidikan Lingkungan Hidup, tanggal 21 Mei 1996.

sambutan dari Guru salah satu Guru PLH SMAN 1 Subang, Ibu Rohmah

Sejalan dengan itu, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen) Depdikbud mengadakan penataran guru, penggalakkan bulan bakti lingkungan, penyiapan Buku Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup (PKLH) untuk Guru SD, SLTP, SMU dan SMK, program sekolah asri, dan lain-lain.



Pada tanggal 5 Juli 2005, Menteri Lingkungan Hidup dan Menteri Pendidikan Nasional mengeluarkan SK bersama nomor: Kep No 07/MenLH/06/2005 No 05/VI/KB/2005 untuk pembinaan dan pengembangan pendidikan lingkungan hidup.


Dan, di Kabupaten Subang ini, kami MAGDALA, merupakan Organisasi Penggiat Alam yang mempunyai tugas pokok menyelenggarakan kegiatan yang bersifat kepecintaalaman dan kemanusiaan, turut mengabdi dan berkarya serta mengembangkan pendidikan lingkungan hidup melalui pendekatan pelaku penggiat alam secara langsung.

Salah satu realisasi kegiatan kami yang sejalan dengan Lingkungan Hidup adalah Seminar Pendidikan Lingkungan Hidup, Subang Go Green!! dan juga Aksi Penanaman Pohon< Subang Go Green!! Kemudian tindak lanjut dari kegiatan tersebut, kami bekerja sama dengan pihak sekolah, yaitu SMA Negeri 1 Subang untuk ikut serta memberikan ilmu yang kami miliki untuk dibagikan kepada siswa-siswi SMAN 1 Subang.


Kegiatan ini diawali oleh salah satu peserta pada kegiatan Seminar PLH, Subang Go Green!! yaitu Ibu Rohmah, yang secara taknis beliau adalah Guru Pendidikan Agama Islam dan kini juga dipercayai menjadi Guru Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) di SMAN 1 Subang. Lalu disetujui oleh koordinator Guru PLH SMAN 1 Subang yaitu Bapak Kusnadi.


Dan, pada hari Jumat, 18 Februari 2011, kegiatan ini pun terealisasi. Tanggapan dari pihak sekolah sangat luar biasa baik, terutama dari siswa-siswinya. Materi yang disampaikan masih dasar dari Lingkungan Hidup secara Global, dan ada forum tanya jawab dari siswa-siswi kepada MAGDALA selaku narasumber, lalu kami pun menyuguhkan video movie tentang profile organisasi kami, MAGDALA!




Dalam kegiatan tersebut, kami akui masih banyak kekurangan yang mesti di perbaiki. Kami memberikan materi bukan berarti kami sangat ahli dibidangnya, kami pun masih perlu banyak belajar secara keilmuan akademik dan secara keorganisasian. Namun, kami akan terus mengabdi kepada negeri ini dengan kemampuan yang kami punya dan kami bisa.




Terimakasih kepada pihak SMAN 1 Subang, semoga silaturahmi ini tetap terjaga. Amin... :)
Salam Lestari!!

Senin, Januari 24, 2011

Seminar Pendidikan Lingkungan Hidup

Kegiatan pertama MAGDALA di tahun 2011, menyelenggarakan kegiatan Seminar Pendidikan Lingkungan Hidup, yang bertemakan "Subang Go Green!!" Yang mana kegiatan ini sejalan dengan Tugas Pokok MAGDALA, yaitu : Menyelenggarakan kegiatan yang bersifat Kepecinta alaman dan Kemanusiaan.


Bupati Subang dan Ketua Umum MAGDALA


Rangkaian kegiatan ini diselenggarakan pada hari Sabtu dan Minggu, 22 dan 23 Januari 2011. Kegiatan hari pertama (Sabtu, 22 Januari 2011) adalah Seminar Pendidikan Lingkungan Hidup, "Subang Go Green!!" yang di selenggarakan di Graha Sofia, (STIESA) Jalan Otista, Subang.

Kabag Kehutanan, Kadin Disbudparpora, Moderator

Kegiatan Seminar di Graha Sofia

Tujuan Umum Seminar Lingkungan Hidup adalah untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya menjaga lingkungan hidup sebagai wujud pernyataan kecintaan kita akan bumi sebagai tempat tinggal kita.



Magdala beserta FKPPA

Suasana di ruangan seminar



Peserta Seminar hadir dari berbagai elemen, terutama para Guru PLH di SD, SMP dan SMA/SMK, lalu dari FKPPA (Forum Komunikasi Perhimpunan Pecinta Alam) Tingkat SMA/SMK se-Kab. Subang, Akademik (BEM), Pramuka Kwarcab, dan Aktifis Lingkungan Hidup, serta umum.

Magdala, Pembicara dari Tokoh Pendidikan, beserta seluruh Peserta Seminar


Rangkaian Kegiatan kami dibuka oleh Bapak Bupati Subang, Drs. Eep Hidayat, M.Si., yang sebelumnya memberikan sambutan yang sangat baik. Lalu, Kepala Dinas Budaya Pariwisata Pemuda dan Olah Raga (DISBUDPARPORA), Drs. Ading Suherman, memberikan sambutan.


Magdala bersama Bapak Bupati Subang


Ada 3 Pembicara dari 3 instansi, yaitu :

1. Ir. Engkos Kosasih, Kepala Bidang Kehutanan, (Dinas Kehutanan dan Perkebunan).

2. H. Muhamad Gozali, S.H., Kepala Sub Bidang Pembinaan dan Pemanfaatan Sumber Daya Alam, (Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah).

3. Drs. H. Makmur Sutisna, M.Pd., Mantan Kepala Dinas Pendidikan, (Tokoh Pendidikan).


Rangkaian kegiatan ini adalah salah satu bentuk dukungan MAGDALA terhadap peraihan Subang Kota Adipura 2012.

Salam Lestari!

kami adalah MAGDALA!

Sabtu, Januari 08, 2011

Penanaman Mangrove di Pantai Utara

Hutan bakau atau disebut juga hutan mangrove adalah hutan yang tumbuh di atas rawa-rawa berair payau yang terletak pada garis pantai dan dipengaruhi oleh pasang-surut air laut. Hutan ini tumbuh khususnya di tempat-tempat di mana terjadi pelumpuran dan akumulasi bahan organik. Baik di teluk-teluk yang terlindung dari gempuran ombak, maupun di sekitar muara sungai di mana air melambat dan mengendapkan lumpur yang dibawanya dari hulu.

Luas hutan bakau Indonesia antara 2,5 hingga 4,5 juta hektar, merupakan mangrove yang terluas di dunia. Melebihi Brazil (1,3 juta ha), Nigeria (1,1 juta ha) dan Australia (0,97 ha) (Spalding dkk, 1997 dalam Noor dkk, 1999).

Pandangan di atas dan di bawah air, dekat perakaran pohon bakau, Rhizophora sp.

Di Indonesia, hutan-hutan mangrove yang luas terdapat di seputar Dangkalan Sunda yang relatif tenang dan merupakan tempat bermuara sungai-sungai besar. Yakni di pantai timur Sumatra, dan pantai barat serta selatan Kalimantan. Di pantai utara Jawa, hutan-hutan ini telah lama terkikis oleh kebutuhan penduduknya terhadap lahan.

Dikarenakan Kami, MAGDALA, berbasis di Kabupaten Subang, yang juga memiliki wilayah pantai di utara Jawa, Kami mencoba turut berpartisipasi dalam melestarikan hutan mangrove. Dan inilah kegunaan/manfaat/fungsi dari tanaman mangrove tersebut : Bagian akar tanaman mangrove yang tumbuh di atas pasir/lumpur mampu menyaring kotoran (sampah, lumpur, bahan kimia) dari air sungai. Maka, air yang mengalir ke laut menjadi bersih. Ikan, udang, kepiting, kerang, dan terumbu karang yang hidup di pantai pun jadi lebih terjamin hidupnya. Lalu meminimalisir terjangan ombak ke darat, dan jelas meminimalisir pula apabila terjadi tsunami.

Di Kawasan Kantor Desa Patimban.


Di Kabupaten Subang sendiri untuk tahun 2010, melakukan penanaman pohon mangrove di Wilayah Patimban Kecamatan Pusakajaya seluas 75 ha. Presentase tambahan 98,35%, tapi kalau menghitung populasi tanaman lebih dari target. “Alhamdulillah hasilnya cukup bagus”,ungkap H. Enduy saat dihubungi melalui telepon selularnya.

Hal senada juga diungkapkan Kabid Kehutanan, Ir. Engkos ketika diminta komentarnya tentang masalah mangrove, Kamis (2/12). Ia mengungkapkan berdasarkan pemantauan dilapangan, kondisi tanaman mangrove saat ini cukup bagus.

”Kami sebelumnya merasa khawatir akibat tingginya air laut (rab) akan berdampak terhadap mangrove, tapi ternyata setelah dicek ke lapangan, ternyata pohon mangrove yang ditanam itu hasilnya cukup bagus”, ungkap Engkos kepada beberapa wartawan dikantornya.


Sebelum turun ke lapangan, Kami diberi/debekali materi/pelatihan tentang Mangrove
dan teknis penanamannya oleh para ahli Magrove di Kantor Desa.



Di lapangan pun tak bosannya para pegawai Desa berbagi ilmu kepada Kami.


Kami (MAGDALA) pada hari Kamis, 16 Desember 2010 melakukan Penanaman Mangrove di Wilayah Patimban, Pantai Utara Subang. Dan bagi Kami menjadikan kegiatan tersebut sebagai pelatihan teknis penanam mangrove, dibimbing oleh 2 orang yang menjadi pegawai kantor desa di Patimban. Mereka sudah sangat ahli dalam dunia mangrove dan penanaman mangrove. Dihadiri pula oleh Bapak H. Enduy, Kepala UPTD Mangrove pada Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Subang.


Atas dan Bawah : Kegiatan Penanaman Mangrove.


Lokasi penanaman yang Kami lakukan berada di dekat garis pantai. Garis pantai dibatasi dengan tumpukan batu, untuk meminimalisir terjangan ombak/air ke darat. Namun, pada malam hari posisi air akan pasang, naik hingga menutupi lahan lokasi penanaman, jadi tanaman mangrove akan tergenang air pada malam hari.

Lokasi Penanaman Mangrove di dekat pantai, hanya dibatsi oleh tumpukan batu.

Anggota MAGDALA yang mengikuti kegiatan Penanaman Mangrove sebanyak 6 orang. Dan di tengah kegiatan, hadir pula 5 orang dari Kelompok Pecinta Alam TEMPUR Purwadadi yang turut turun ke lapangan.

MAGDALA bersama TEMPUR selesai kegiatan.


Dan menurut konfirmasi yang diterima MAGDALA, pada akhir Desember TEMPUR melakukan tinjauan langsung ke lapangan mengenai tanaman mangrove yang ditanam pada 16 Desember 2010 itu, Alhamdulillah semua tanaman tumbuh baik, walaupun belum ada pertumbuhan yang signifikan.

Skuad MAGDALA dalam kegiatan Penanaman Mangrove.


Semoga kegiatan MAGDALA tersebut dapat turut serta melestarikan alam khususnya di Kabupaten Subang. Dan kedepannya akan lebih baik dan berkontribusi lebih banyak lagi. Lindungi Bumi Kita! Lestari Alam Raya! MAGDALA Tetap Jaya!



Referensi :

Data dan Pengalaman pribadi MAGDALA

http://id.wikipedia.org/wiki/Hutan_bakau

http://www.bedanews.com/daerah/penanaman-mangrove-di-pantura-subang-memuaskan.html

http://ridhamasdar.wordpress.com/2009/11/15/tahukah-anda-apa-fungsi-mangrove/