Minggu, November 07, 2010

Gunung Slamet

Adalah gunung berapi yang terdapat di Pulau Jawa, Indonesia. Gunung ini berada di perbatasan Kabupaten Brebes, Banyumas, Purbalingga, Kabupaten Tegal dan Kabupaten Pemalang, Provinsi Jawa Tengah, dan merupakan yang tertinggi di Jawa Tengah serta kedua tertinggi di Pulau Jawa. Terdapat empat kawah di puncaknya yang semuanya aktif.



Di kaki gunung ini terdapat sebuah kawasan wisata bernama Baturraden atau Batur Raden. Kawasan wisata ini biasa dicapai orang dari kota Purwokerto, ibukota Kabupaten Banyumas.

Dalam buku yang berjudul "Three Old Sundanese Poems", terbitan KITLV Leiden tahun 2006, J. Noorduyn menyebutkan bahwa nama "Slamet" adalah relatif baru yaitu setelah masuknya Islam ke Jawa. Dengan merujuk kepada naskah kuno Sunda Bujangga Manik, J. Noorduyn menuliskan bahwa nama lama dari gunung ini adalah Gunung Agung.

Aktivitas terakhir adalah pada bulan Mei 2009 dan sampai Juni masih terus mengeluarkan lava pijar. Jreng.. Jreng.. Jreng.. dan saya berangkat mendaki bulan November 2009, masih sedikit anget. :D :D :D

Dimulai dari 'jenuh', diam di rumah, sedikit kegiatan atau mungkin banyak kegiatan tapi konstan, ga ada grafik naik-turun. Satu alasan lagi, saya sudah lama ga 'naik', berpetualang ke gunung. Well, saatnya memastikan tujuan pendakian, Gunung Slamet. Gunung ini yang membuat saya tertarik,
entahlah, terlalu banyak alasannya.

Saya pun menghubungi sahabat saya, Vew, kami memang sering melakukan pendakian bersama, kami tak terpisahkan. :D :D :D Beliau tampak bersemangat, namun ada hal yang mengganjal, Kuliah. *StraightFace Tapi saya optimis beliau bisa ikut, biasanya juga beliau (dan sa
ya) selalu tidak mempermasalahkan kuliah. Oke. Lalu saya juga menghubungi Eka, Safitri dan Tri, yang semuanya berusia 3 tahun lebih muda saya adalah Anggota Luar Biasa WANAGIRI, kelompok Pecinta Alam SMA Negeri 2 Subang. Bagusnya, kebetulan Safitri kuliah di Universitas Soedirman (Unsud), Purwokerto. Jadi, sangat memudahkan kami melakukan pendakian ke Gn. Slamet.

Akhirnya kami pun mempersiapkan segala sesuatunya, dan tentu menentukan tanggal perjalanannya. Namun, ternyata Vew tidak bisa ikut. Jadi, yang 100% siap berangkat yaitu 4 orang : Saya, Tri dan Eka berangkat dari Subang. Lalu Safitri menunggu di Purwokerto.


Rabu, 25 November 2009

Pukul 05.00 wib saya sudah siap, sangat siap. Saya pun diantar oleh Babeh Saya dari Rumah (Cimahi) ke Subang untuk bertemu Eka dan Tri. Sekitar jam 14.00 kami menuju Stasiun Kereta Pagaden Baru. Kami berencana naik Kereta Matarmaja menuju Stasiun Purwokerto. Sekitar pukul 19.00, kami bertiga tiba di Stasiun Purwokerto,dalam keadaan cuaca hujan, kami pun di jemput oleh Safitri. Lalu kami pun menginap di rumah saudaranya Safitri.


Kamis, 26 November 2009

Pagi yang cerah di Purwokerto, kami berempat pun berjalan-jalan ria dahulu di Purwokerto sambil melengkapi kebutuhan pendakian, seperti Peta Topografi, dll. Lalu kami juga membeli Logistik : sayuran, beras, batu baterai, lilin, dll.

Sorenya, kami pun berangkat dari kediaman Paman Safitri menuju kaki Gn. Slamet, Bambangan. Lalu kami pun tiba di base camp Bambangan, di rumah Ibu Sugeng. Beliau sangat terkenal dikalangan para pendaki. :) Kami tiba di rumah Ibu Sugeng sekitar pukul 20.00 wib.

Heeyyyyy,, ini ide konyol saya, tapi mungkin akan menegangkan. Ya, sebelumnya di rumah Pamannya Safitri, rencana awal kami akan berangkat besok (27 November 2009) setelah melakukan ibadah Shalat Idul Adha. Tapi, setiba di rumah Ibu Sugeng, Saya merubah rencana, saya sampaikan kepada Eka, Tri dan Safitri bahwa akan mulai mendaki malam ini juga! (sebelumnya saya sudah minta izin kepada Ibu Sugeng, dan diperbolehkan). Sedikit kaget, namun ketiga sahabat saya pun menyetujuinya, kami mulai mendaki sekitar pukul 21.00 wib, jelas sekali terdengar suara Takbir : "Allahu Akbar.. Allahu Akbar.. Allahu Akbar.. Laa Illah ha Illahahu Allahu Akbar.. Allahu Akbar Walillahilham.."

Setelat menguruh perizinan dan mengisi buku tamu, kami langsung bergerak. Perjalanan cukup mengasikan dalam cahaya dari 4 buah senter itu, masih dalam perkebunan warga. Pos 1 (Pos Payung) sudah kami lewati, kami sempat istirahat di Pos 1 yang berbentuk lapangan ini. Semuanya ada 8 Pos, menurut Ibu Sugeng. Lalu kemudian Pos 2 (Pondok Lawang) kami tidak menemukannya. Namun setelah melewati Gardu Pandang, perjalanan kami semakin pelan, dan sudah memasuki kawasan hutan rimba. Tanjakan begitu sangat terjal. Terkesan "to the point". Benar-benar tanpa bonus. Dan kami pun masih mencari-cari dan meraba-raba tempat Pos 2 (pondok Lawang) dan atau Pos 3 (Pondok Cemoro), bahkan mudah-mudahan di depan kami langsung menjumpai Pos 4 (Pos Samaranthu). Kami benar-benar tidak menemuai tanda apapun, kami hanya mengikuti jalur yang sangat berat itu. Perlahan kondisi kami menurun, Tri mulai sangat ngedrop, kakinya sudah sering kram, perjalanan pun jadi sering terhenti. Padahal Tri adalah laki-laki yang saya andalakan, mengingat dalam perjalanan ini saya membawa 2 orang perempuan. Ya, kondisi Tri mungkin sedang tidak prima. Tak lama kemudian Safitri mulai kelelahan, kondisinya turun, jalannya sudah payah. Namun kebiasaan Safitri, ia tak pernah bilang ataupun mengeluh, ia selalu ikut bila perjalanan terus-terusan, ia tak pernah meminta break walaupun ia kelelahan. Well, kami menikmati perjalanan ini meski 2 orang dari kami nge-drop, kami pun jadi sangat sering beristirahat dan lama waktu istirahatnya, cokelat hangat, madu, gula merah, cemilan, wafer, dan snack jadi sering kami santap.

Oh My God, sekitar pukul 03.00 kami baru tiba di Pos 3 (Pondok Cemoro), perjalanan kami terhenti sejenak, shock menerima apa yang sedang terjadi, kami baru tiba di Pos 3! Selama perjalanan kami selalu berharap kita sudah melewati beberapa Pos dan kita akan sampai di Pos 5, tempat dimana ada sumber air. Dan rencananya kami memang akan menyelesaikan perjalan ini sampai di Pos 5, beristirahat, tidur, makan, lalu summit attack menuju puncak.

Secara mental, saya pribadi nge-drop, mental saya sangat jatuh, terlebih melihat 4 sahabat saya itu. Tak lama kami pun bergerak kembali, meneruskan perjalanan, hening. Hingga sampai sebuah tempat landai, kami beristirahat kembali, kami terlibat pembicaraan, saya mem-briefing-kan rencana selanjutnya. Saya mengambil keputusan, kami akan membuat tenda jika ada tempat yang memungkinkan untuk mendirikan tenda, tentu sebuah tempat landai yang cukup untuk satu buah tenda, dan di tempat kami beristirahat itu bukan tempatnya. Kami pun meneruskan perjalanan. Perjalanan kembali hening. Saya merasa kaki sudah lemas, melihat ke depan kepada 3 orang sahabat saya yang kewalahan membawa badannya sendiri, ditambah carriel dan daypack yang cukup padat. Pendakian ini sangat pelan, tanjakan ini tetap dengan terjalnya. "Kang, ini ada tempat luas, cukup buat kita nge-camp." ucap Eka memecahkan keheningan. Saya dan Eka pun melakukan Orientasi Medan, sementara Safitri dan Tri duduk meluruskan kakinya, saya paham mereka sangat kelelahan. Kami pun mendirikan tenda di tempat itu, di rimba raya Gunung Slamet.


Jumat, 27 November 2009

Terlihat pukul 07.20 wib pada jam tangan saya. Kami semua terbangun, tidur yang cukup baik. Setelah sarapan, 'mengumpulkan nyawa' dan packing, kami pun bergerak kembali melanjutkan perjalan. Kondisi kami drastis membaik. Kami kembali bersemangat menjejakkan kami di Puncak Gunung Slamet.



Hanya 20 menit setelah berangkat dari tempat camp, kami tiba di Pos 4 (Samaranthu), pukul 09.46 wib. Di Pos 4 kami beristirahat sejenak dan berfoto-foto. Pukul 10.30 wib, akhirnya kami tiba di Base Camp Pos 5, disana terdapat sebuah bangunan dari seng yang cukup untuk mendirikan 2 buah tenda di dalamnya. Tanah datar diluarnya cukup luas, dari situ sedikit turun ke bawah maka akan ditemui sebuah lembah dengan aliran sungai yang sangat jernih.


Karena kondisi kami masih fit, kami tak banyak membuang waktu, setelah mengkonsumsi beberapa roti, kami lalu mem-packing bawaan, kami memisahkan peralatan yang akan dibawa untuk summit attack ke puncak dan peralatan yang kami akan simpan di Pos 5. Alhasil, hanya satu buah carriel dan satu buah daypack yang kami bawa menuju puncak, itu pun isinya tidak penuh dan beratnya tidak mengganggu perjalanan. Pukul 11.50 wib, kami berangkat dari Pos 5 menuju Puncak.



Pukul 12.10 wib kami tiba di Pos 6 (Samyang Jampang), kondisi Tri tidak baik, kakinya mengalami kram lagi. Pukul 12.44 wib kami tiba di Pos 7 (Samyang Kendit), tempatnya terbuka, mulai memasuki tanaman perdu, dan disini mulai dapat terlihat puncak Gunung Slamet. Namun disini pula Tri mulai kewalahan, kakinya yang sakit mulai sangat mengganggu perjalanan. Kami pun beristirahat cukup lama ditempat ini. Disitu terdapat sebuah bangunan (gubuk) yang sama seperti di Pos 5. Pukul 13.15 wib kami tiba di Pos terakhir, Pos 8 (Plawangan), cuaca berkabut sangat pekat, jarak pandang memendek, sesekali gerimis turun.

Perjalanan dari Plawangan menuju Puncak sangat berat, kondisi medan bebatuan labil, tidak ada pohon untuk peganganm kami mendaki dengan semi-tiarap, posisi badan membungkuk. Ya, kami cukup kewalahan, tapi sesekali puncak Gunung Slamet terlihat, mengisi semangat untuk terus berjalan, menuju puncak tertinggi Jawa Tengah.

Pukul 15.10 wib, saya tiba di Puncak Gunung Slamet, kemudian disusul Eka, lalu datang Safitri, namu Tri cukup tertinggal jauh. Sambil menunggu Tri, kami pun beristirahat, nyemil, ngopi, dan foto-foto :D :D *ciiiisssss...

Pukul 15.38 wib, Tri baru tiba di Puncak Gunung Slamet. Sesi foto-foto pun dimulai kembali, namun dengan perasaan yang kurang nyaman karen Kawah Segoro Wedi terus mengeluarkan asapnya yang sesekali mengarah ke puncak, pada kami.


Ketika perjalanan turun dari puncak Gunung Slamet
(masih di sekitar daerah puncak) cuaca tidak bersahabat. Hujan pun turun, ditambah angin yang menerpa cukup besar, ditambah kondisi kami yang merosot, perjalanan pun menjadi rapuh. Kami pun mengeluarkan 4 buah webing yang kami sambung, untuk pengaman jalan turun, terutama untuk Eka dan Safitri yang kondisinya paling parah. Saya dan Tri kondisinya yang lebih baik membantu dengan webing itu, melihat kondisi medan yang hanya batuan labil tanpa sedikit pun sesuatu untuk pegangan. Banyak bebatuan besar yang jatuh menggilinding ke bawah karena labilnya medan, beberapa batu itu sempat mengenai Safitri.

Sekitar jam 6 sore (maghrib) kami tiba di Pos 5, dengan kondisi perjalanan yang terus diguyur hujan dari puncak. Setiba di Pos 5, langsung saja kami mendirikan tenda di dalam bangunan (gubuk), agar lebih hangat :D
.....malam yang sangat panjang,, melepas lelah,, beristirahat,, mengembalikan kondisi badan,, makan malam,, tidur.....


Sabtu, 28 November 2009




Mendapati sunrise di rimba raya Gunung Slamet. Indah. Segelas kopi pun menemani, cukup baik. :) Lalu sekitar pukul 06.00 wib kami pun turun sedikit menuju sumber air, sungai kecil : untuk mandi, gosok gigi, menyuci peralatan, mengambil air, dan bergembira. :)



Kemudian kami berpesta, memasak banyak untuk sarapan, membuat banyak cokelat hangat, ber-sms ria, internetan, update status, bermalas-malasan, meluruskan kaki, menggeliat, berfoto-foto ria, bercerita, terutama merayakan kemenangan hati kami, menapaki kaki di puncak Gunung Slamet, sesekali menjadi orang tertinggi di Jawa Tengah. :)

Nah kan, jadi repot ketika packing-nya nih :( kami pun bergerak turun dari Pos 5, dengan secuil senyuman, lagi-lagi, serpihan hati Saya tertinggal di Gunung, kali ini di Gunung Slamet.
Entah jam berapa ketika itu, yang jelas saya tahu ketika kembali menemui Pos 3 (Pondok Cemara), saat itu pukul 11.57 wib. Perjalanan turun ditemani hujan dari Pos 4 (Samaranthu). Dan pada Pukul 14.39 wib kami tiba di Bambangan. Dari Base Camp rumah Ibu Sugeng kami mencarter 'colt buntung' langsung hingga rumah Paman-nya Safitri, tiba pukul 19.15 wib dengan keadaan kami yang 'compang-camping', kelelahan, lusuh, tidak berupa manusia. Hhaha..





Minggu, 29 November 2009

Kami kembali berjalan-jalan di keindahan Kota Purwokerto, terutama untuk membeli oleh-oleh. Lalu malamnya (sangat larut malam) kami bertiga (Saya, Eka dan Tri) membeli tiket kereta untuk pulang. Aduh, kami tersiksa kembali!! kereta penuh!! ini arus balik Idul Adha!! ini hari minggu!! X_X


Senin, 30 November 2009

Pukul 06.20 wib kami tiba di Stasiun Pagaden, Subang. Eka berpisah duluan, dijemput Ayahnya di Stasiun. Lalu Saya dan Tri berpisah di Terminal Subang. Dan saya meneruskan perjalanan pulang ke Cimahi.


***** NB : Ketika malam terakhir di Rumah Pamannya Safitri (Purwokerto), Safitri berkata pada Saya, Eka dan Tri : "Nanti kita ke Sundoro dan Sumbing, yuk! Biar jadi Triple S." Kami bertiga pun mengiyakan dengan hati yang semangat. Namun... Ini adalah Pendakian terakhir bersama Safitri, sebulan setelah perjalanan ke Gunung Slamet ini Safitri mengikuti Pendidikan di salah satu organisasi/himpunan/kelompok Pecinta Alam di kampusnya, Unsud. Kegiatan ini diselenggarakan di sekitar Gunung Slamet. Karena kondisi Safitri tidak baik, akhirnya ia jatuh dalam sebuah perjalanan dan ginjal Safitri pecah, tak tertolong. Sempat pulih dan pulang ke Subang dimana Safitri tinggal, lalu kembali sakit, Rumah Sakit Lanud Suryadarma dan Rumah Sakit Daerah Subang (Ciereng) tidak dapat menanggulangi, hingga akhirnya dibawa ke Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung. Tak tertolong juga. Hingga akhirnya Safitri menghembuskan nafas terakhirnya.

(foto ini adalah foto profile terakhir di akun facebook Safitri, ini foto diambil ketika summit attack menuju puncak Gunung Slamet, ini foto mungkin salah satu foto favorit Safitri.)

Selamat Jalan Saudaraku.. Bahagia selalu disisi-Nya..

4 komentar:

Urang Lembur mengatakan...

Asik juga nich jadi petualang sejati, salamkenal kawan

keonk magdala mengatakan...

Wah.. Terimakasih, Kang..
Salam kenal kawan.. Salam persahabatan..

ivanshinichi mengatakan...

assalamualaikum,,,
mau tanya kalo jalur pulang dari bambangan ke purwokerto trus ke pagaden baru..
lewat mana?
apakah sama seperti seperti berangkat??
hatur nuhun

Unknown mengatakan...

mau kenalin gunung di daerah ane ,.. ,. gunung DEMPO dengan tinggi Gunung Dempo (3159 mdpl) terletak di perbatasan propinsi Sumatera Selatan dan propinsi Bengkulu. Untuk mencapai ke kota pagar alam, ,dibutuhkan kurang lebih 7 jam perjalanan darat dari Palembang. cuacanya lumayan extrim tp di balik itu akan dibayar dengan keindahan alam dempo,. dengan karakteristik ny gan,.. salam persahabatan ,...